Rabu, 30 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA DENGAN HALUSINASI DENGAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.     Latar Belakang
    Klien dengan Skizofrenia mempunyai gejala utama penurunan  persepsi  sensori :  Halusinasi. Jenis  halusinasi yang umum terjadi adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan.    
    Gangguan halusinasi ini umumnya mengarah pada perilaku yang membahayakan orang lain, klien sendiri dan lingkungan.Terkait dengan hal tersebut di atas penulis merasa perlu untuk melakukan asuhan keperawatan pada Tuan  E di ruangan sorik marapi RSJ  Medan, karena kasus  pada klien jiwa dengan gangguan halusinasi pendengaran cukup banyak terjadi, selain keadaan klien yang cukup mendukung dalam proses perawatan yang cukup mendukung perawat.Selain masalah halusinasi klien juga mengalami permasalahan kejiwaan, seperti :  menarik diri, harga  diri rendah kronis dan  resiko tinggi perilaku kekerasan. 
1.2.  Tujuan
1.2.1.  Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan proses keperawatan pada klien Tuan E dengan halusinasi pendengaran di ruang sorik marapi RSJ Medan.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian analisa data, merumuskan masalah keperawatan, membuat pohon  masalah, menetapkan pohon  masalah,menetapkan diagnosa keperawatan  pada Tuan E dengan  halusinasi pendengaran di ruang sorik marapi RSJ Medan.
b. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien.
c. Dapat mengimplementasikan rencana  tindakan keperawatan yang  nyata sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan.
d. Dapat menilai hasil (mengevaluasi) tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
e. Dapat melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan.



BAB II
TEORITIS MEDIS
I. TEORITIS MEDIS
2.1. Defenisi
    Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa rangsangan dari luar diri (eksternal). Halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidung (cium), kecap.
    Halusinasi pendengaran adalah tanggapan atau panca indera rangsangan dari luar terutama pada sistem pendengaran
    Halusinasi dengar merupakan persepsi sensori yang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak mampu di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).
    Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang nyata (Stuart dan Sundeen, 1984).

2.2. Jenis Halusinasi
a.    Halusinasi Ausitorius (pendengaran) yaitu individu mendengar suara-suara yang membicarakan, mengejek, tetapi tidak ada sumber di sekitarnya.
b.    Halusinasi Visual (penglihatan) yaitu individu melihat pemandangan orang, binatang, atau sesuatu yang tidak ada.
c.    Halusinasi Olfaktorius (penciuman) yaitu individu mencium bau bunga, kemenyan, mayat dan lain-lain yang tidak ada sumbernya.
d.    Halusinasi Taktil dan Somatik (perabaan) adalah individu merasa ada seseorang yang meraba, memukul atau binatang yang merayap pada kulit.
e.    Halusinasi Gestaborius (pengecapan) yaitu individu merasa mengecap sesuatu rasa si mulut yang sumbernya tidak ada.
2.3. proses terjadinya
Tahapan halusinasi, karakteristik dan perilaku dibagi atas:
a.    Tahap Pertama
Memberi rasa nyaman, tingkat enseitas sedang, secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan.

Karakteristik:
    Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan
    Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas
    Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran non psikotik perilaku klien
    Tersenyum, tertawa sendiri

Perilaku pasien:
    Menggerakkan bibir tanpa suara
    Pergerakan mata yang cepat
    Respon verbal yang lambat
    Diam dan berkonsentrasi

b.    Tahap Kedua
    Menyalahkan
    Tingkat kecemasan berat, secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati
Karakteristik:
    Pengalaman sensori menakutkan
    Merasakan dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
    Mulai merasa kehilangan kontrol
    Menarik diri dari orang lain, kesadaran non psikotik
Perilaku pasien:
    Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
    Perhatian dengan lingkungan kurang
    Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
    Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas


c.    Tahap Ketiga
    Mengontrol
    Tingkat kecemasan berat
    Pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi

Karakteristik:
    Klien menyerahkan dan menerima pengalaman sensorinya
    Isi halusinasi menjadi aktraktif
    Kesepian bila pengalaman psikotik

Perilaku pasien:
    Perintah halusinasi ditaati
    Perhatian terhadap lingkungan kurang, hanya beberapa destruktif
    Tidak mampu mengikuti perintah dan perawat, tanpa trumor dan berkeringat

d.    Tahap Keempat
    Klien sudah dikuasai oleh halusinasi
    Klien  panik

Perilaku klien:
    Perilaku panik
    Resiko tinggi mencederai
    Agritasi atau ketakutan
    Tidak mampu berespon terhadap lingkungan
(Keperawatan Kesehatan Psikiater Terintegrasi Dengan Keluarga)

2.4. rentang respon

Skema dari rangsangan neurobiologikal
R. Adaptif        R. Maladaptif

Pemikiran logis    Pemikiran kadang    Kelainan fikiran / delus    menyimpang
Persepsi akurat    Illusi    Halusinasi
Emosi konsisten    Reaksi emosional    Ketidakmampuan untuk
dengan pengalaman    berlebihan/berkurang    mengalami emosi
Perilaku sesuai    Perilaku ganjil    Ketidakteraturan
Hubungan social     Menarik diri    Isolasi social














II. TEORITIS KEPERAWATAN
1.    Pengkajian
i.    Identitas klien
ii.    Keluhan utama
iii.    Faktor predisposisi
a.    Faktor perkembangan  terlambat
    Usia bayi,tidak terpenuhi  kebutuhan makanan, minum, dan rasa aman
    Usia balita, tidak terpenuhi  kebutuhan otonomi
    Usia sekolah, mengalami peristiwa yang tidak terselesaikan
b.    Factor komunikasi  dalam keluarga
    Komunikasi peran ganda
    Tidak ada komunikasi
    Tidak ada kehangatan
    Komunikasi dengan  emosi berlebihan
    Komunikasi tertutup
    Orang tua yang membandingkan anak-anaknya, orang tua yang  otoritas dan konflik orang tua
c.    Factor social budaya
Kehidupan social  dapat pula mempengaruhi gangguan  orientasi  realita seperti kemiskinan, konflik social budaya (peperangan atau kerusuhan) dan  kehidupan  yang terisolasi disertai stress.Isolasi social pada yang usia lanjut, cacat, sakit konis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
d.    Factor psikologis
Keluarga pengasuh  dan lingkingan klien sangat mempengaruhi respons psikologis klien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam  kehidupan klien.
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negate, dan koping destruktif
e.    Factor biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mingkin muncul  adalah hambatan dalam belajar,berbicara,daya ingat dan muncul prilaku menarik diri.
f.    Factor Genetik
Adanya pengaruh  herediter (keturunan) berupa anggota keluarga  terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar monozigot.



iv.    Perilaku
    Halusinasi benar-benar nyata dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mim pi saat tidur. Klien mingkin tidak punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyata.

Pasien  yang mengalami halusinasi sering kecewa karena mendapatkan respons negative ketika mereka menceritakan halusinasinhya kepada orang lain. Oleh sebab itu, banyak pasien kemudian enggan untuk menceritakan pengalaman-pengalaman aneh halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk dibicarakan  dengan orang lain. Kemampuan untuk bercakap-cakap tentang halusinasi yang dialami oleh pasien penting untuk memiliki ketulusan dan perhatian yang penuh untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.

Apabila perawat mengidentifikasi adanya tanda-tanda  dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya harus dilakukan tidak hanya sekewdar mengetahui  jenis halusinasinya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi:
•    Isi halusinasi yang dialami oleh pasien
•    Waktu dan frekuensi halusinasi
•    Situasi pencetus halusinasi
•    Respons pasien.

v.    Fisik

1.    ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintah untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, ruang kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi gerakan, atau kegiatan ganjil.
2.    Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat-obatan dan zat halusinogen dan tingkah laku merusak diri.
3.    Riwayat kesehatan
Skizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat
4.    Riwayat skizofrenia dalam keluarga
5.    Fungsi system tubuh
o    Perubahan berat bada, hypertemia(demam)
o    Neurologikal:perubahan mood,disorientasi
o    Ketidakefektifan endoktrin oleh peningkatan temperature

vi.    Status Emosi
Afek  tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan  bermusuhan, kecemasan berat atau panic, suka berkelahi .

vii.    Status Intelektual
Gangguan persepsi,penglihatan, pendengaran, perabaan, pencviuman dan kecap, isi piker tidak realitas, tidak logis dan sukar diikuti atau kaku,kurang motivasi koping.

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
b.    Isolasi menarik diri
c.    Gangguan konsep diri: harga diri rendah
d.    Resiko tinggi kekerasan, mencederai diri sendiri dan orang lain

3. Tindakan Keperawatan
a. gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran
1)    Membantu klien mengenali halusinasinya
Untuk membantu klien mengenali halusinasinya anda dapat melakukan dengan cara diskusi dengan klien tentang halusinasinya (apa yang di dengar,dilhat), waktu terjadi halusinasi,frekuensi terjadinya halusinasi.
2)    Melatih pasien mengontrol halusinasi
•    Menghardik halusinasi
    Menjelaskan cara menghardik halusinasi
    Memperagakan cara menghardik
    Meminta pasien memperagakan ulang
•    Bercakap-cakap dengan orang lain
•    Melakukan aktifitas yang terjadwal
    Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
    Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien
    Menyusun jadwal aktivitas
    Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan



•    Menggunakan obat secara teratur
    Jelaskan kegunaan obat
    Jelaskan akibat putus obat
    Jelaskan cara mendapatkan obat
    Jelaskan cara menggunakan obat
b.    Isolasi sosial
Tindakan keperawatan:
1.    Membina hubungan saling percaya
    Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
    Berkenalan dengan klien
    Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
    Buat kontrak asuhan
    Tunjukkan sikap empati terhadap pasien
2.    Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
    Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
    Menanyakan pa penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain.
3.    Membantu pasien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan orang lain
4.    Membantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan.
    Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergabung dengan orang lain
    Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
5.    Membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain.

c.    Gangguan konsep diri:harga diri rendah
1.    Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien
    Mendiskusikan sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
    Memberi pujian pada klien

2.    Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
3.    Menbantu klien memilih kemampuan yang akan dilatih
4.    Melatih kemampuan klien yang telah dipilih
5.    Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

d.    Perilaku kekerasan
1.    Bina hubungan saling percaya
2.    Diskusikan dengan klien penyebab perilaku kekerasan
3.    Diskusikan persaan klien jika terjadi perilaku kekerasan
4.    Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah
5.    Diskusikan dengan klien akibat perilakunya
6.    Diskusikan dengan klien cara mengontrol PK secara fisik
7.    Latih pasien mengontrol PK secara verbal
8.    Latih pasien mengontrol klien dengan obat,spiritual dll
9.    Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok

1 komentar:

  1. Citizen Eco Drive Titanium Watch - T-Shirts
    We are now titanium dioxide in food the Official T-Shirt Sponsor. titanium tubing Join us oakley titanium glasses on burnt titanium T-Shirts; This page may aftershokz titanium harm your computer.

    BalasHapus